Mass Wasting

Mass Wasting
Pengertian Mass Wasting
Mass Wasting adalah gerakan material tanah akibat gravitasi bumi. Mass Wasting sering pula disebut longsor. Mass wasting memiliki makna sama dengan mass movement yakni pergerakan material yang menuruni lereng karena dipengaruhi langsung oleh gravitasi. Setelah batuan lapuk, gaya gravitasi akan menarik material hasil pelapukan ka tempat yang lebih rendah. Sungai biasanya membawa material tersebut ke laut dan tempat yang rendah lainnya untuk diendapkan, sehingga terbentuklah bentang alam bumi perlahan lahan.
Meskipun gravitasi merupakan faktor utama terjadinya mass wasting, ada beberapa faktor lain yang berpengaruh juga terhadap terjadinya proses tersebut. Air merupakan salah satu dari faktor-faktor tasi. Apabila pori-pori sedimen terisi oleh air, gaya kohesi antar material akan semakin lemah, sehingga memungkinkan partikel-partikel tersebut dengan mudah untuk bergeser. Sebagai contoh , pasir akan menggumpal dengan baik pada kondisi yang lembab. Tetapi bila kedalam pasir tersebut ditambahkan air, maka air akan membuka dan mengisi rongga diantara partikel pasir, dan butir pasir akan mengembang kesegala arah. Jadi kejenuhan akan mengurangi tahanan dalam material, sehingga akan dengan mudah digerakkan oleh gaya gravitasi. Selain itu air juga akan menambah berat masa material, sehingga kemungkinan cukup untuk menyebabkan material untuk meluncur ke bawah. Kemiringan lereng yang terjal  juga merupakan faktor lain yang menyebabkan terjadinya mass movement. Pertikel lepas dan tidak terganggu, serta membentuk kemiringan yang stabil disebut “angle of repose”, yaitu kemiringan lereng maksimum yang material penyusunannya tetap stabil. Tergantung pada ukuran ban bentuk partikelnya, besarnya sudut lereng bervariasi dari 25 drajata sampai 40 drajat. Semakin besar dan menyudut partikelnya,semakin besar sudut kemiringan stabilnya. Mass wasting ini penting sekali pada proses geologi karena terjadi pada berbagai waktu dan tempat. Banyak yang mengasosiasikankejadian ini dengan lereng yang tidak stabil dan curam, dan ternyata kejadian ini dapat terjadi pula pada daerah yang landai (near-level land) bergantung pada kondisi geologinya.

Klasifikasi Mass Wasting
Banyak sekali proses yang terjadi di alam yang disebut mass wasting. Pada umunya macam-macam jenis mass wasting dapat dibedakan berdasarkan macam material yang terkena proses, macam pergerakan yang terjadi dan kecepatan dari perpindahannya.
Klasifikasi yang didasarkan pada macam material yang berpindah tempat tergantung pada apakah merupakan material lepas atau batuan dasarnya. Bila materialnya didominasi oleh tanah dan regolit, maka digunakan istilah “debris” , “mud”  dan “earth”. Sebaliknya bila merupakan batuan dasar yang bergerak, maka digunakan istilah-istilah batuan atau “rock”. Selain macam material yang berpindah tempat, cara perpindahan material juga sangat penting. Pada umumnya cara perpindahan material dibedakan menjadi jatuh bebas , meluncur dan aliran.
Jatuh digunakan untuk material dengan berbagai ukuran, lepas dari batuan induknya dan jatuh bebas ketempat yang lebih rendah. Peristiwa ini sangat umu terjadi pada lereng yang sangat terjal, dimana materilah lepas tidak dapat tetap tinggal. Batuan akan jatuh terdapat pada lereng atau menumbuk batuan lain yang terdapat pada lereng yang dilaluinya. Banyak terjadi pada batuan-batuan yang mengalami pelapukan fisk karena proses pemanasan dan pendinginan batuan atau oleh pertumbuhan akar tumbuhan.
Meluncur merupakan perpindahan masa batuan atau tanah melalui suatu permukaan bidang. Permukaan bidang itu dapat merupakan kekar, sesar atau bidang perlapisan yang searah dengan kemiringan lereng. Apabila bidang tersebut merupakan suatu bidang lengkung proses ini disebutslump. Kadang-kadang kata slide digunakan untuk peristiwa tanah longsor. Kata ini meskipun banyak digunakan orang atau ahli geologi, tetapi kata ini tidak mempunyai  definisi yang spesifik dalam ilmu biologi. Istilah ini sangat populer dalam istilah non teknis untuk menyebutkan secara umum proses mass wasting.
Tipe ketiga adalah aliran, digunakan apabila material yang berpindah tempat merupakan cairan kental. Kebanyakan aliran ini sangat jenuh air dan bergerak seperti bentuk lidah.

Slump
Slump merupakan perpindahan masa batuan atau material lepas dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah melalui suatu bidang luncur yang lengkung. Pada proses ini material yang dipindahkan tidak terlalu besar kecepatannya dan tidak terlalu jauh. Ini merupakan sedimen kohesif yang tebal seperti lempung. Permukaan retakan blok slump di cirikan oleh bentuk seperti sendok dan cekung ke arah atas. Pada waktu terjadi pergerakan, terbentuk tebing yang lengkung dan blok yang terletak dipermukaan akan berputar kebelakang.

Rockslide
Rockslide terjadi bilamana blok dari batuan induk terlepas dan meluncur kebawah. Peristiwa ini merupakan proses yang sangat cepat dan sangat destruktif. Biasanya rockslide terjadi pada fenomena geologi ketika batuan yang berlapis mengalami deformasi sehingga terjadi kemiringan batuan, kekar atau retakan yang sejajar dengan kemiringan batuan.

Mudflow
Mudflow adalah perpindahan material lepas yang bercampur dengan air dengan kecepatan relatif tinggi. Proses ini sangat umum terjadi pada canyon dan gullies dipegunungan semi arid. Pada waktu terjadi hujan lebat di daerah tersebut, sejumlah besar sedimen hasil proses erosi dindng lembah yang kurang vegetasinya, tersalur kedalam lembah. Amterial yang merupakan campuran antara batuan, tanah, lumpur dan air mengalir degan cepat dengan bentuk seperti lidah. Karena mudflow tersebut mempunyai densitas yang tinggi, maka aliran tersebut dapat mengangkut bongkah yang besar, pohon-pohon atau bahkan bangunan besar seprti rumah.

Earthflow
Tidak seperti mudflow yang banayak terjadi didaerah semi arid, earthflow sering terjadi di daerah bawah atau hungid akibat hujan yang terus menerus. Apabila regolit yang kaya lempungjenuh air pada lereng perbukitan, materialnya akan terurai dan mengalir ke bawah tidak terlalu jauh meninggalkan torehan pada lereng perbukitannya. Tergantung pada kemiringan lereng dan konsistensi dari matarialnya, kecepatan earthflow mulai dari beberapa meter per jam sampai beberapa meter pe rmenit. Karena earthflow agak kental, maka alirannya tidak secepat mudflow. Selain sering terjadi pada lereng perbukitan, eartflow juga sering terjadi berasosiasi dengan slump.

Rayapan (creep)
Creep adalah salah satu tipe mas wasting yang perpindahan masanya, tanah dan regolit sanagat lambat. Tidak seperti mas wasting yang bergerak cepat sering terjadi pada kemiringan lereng yang terjal, maka creep pada umumnya terjadi pada kemiringan lereng yang landai dan meliputi daerah yang cukup luas. Penyabab utama terjadinya rayapan adalah adanya perselingan antara pengembangan dan penyusutan material permukaan karena perbedaan temperatur atau perubahan kandungan air. Setelah hujan lebat, rongga antar partikel soil terisi air, sehingga gaya kohesi partikel akan hilang, yang memungkinkan gaya grafiti untuk menarik material bergerak kebawah.

Solifluction
Proses solifluction sering terjadi pada daerah yang beriklim dingin. Di daerah ini es yang berada di bagian atau regolit, mencair pada musim semi dan panas, tetapi di bagian bawahnya masih tetap membeku karena air dari es yang mencair di bagian atas tidak dapat meresap ke bawah, maka bagian atas ini akan jenuh air dan mulai mengalir ke bawah lereng yang landai.kejadian ini lapisan penutup akan terbawa aliran air dan batuan dasar akan tersingkap. Bila batuan yang tersingkap ini mengalami pelapukan, hasil lapukannya juga akan terkikis oleh solifluction.

Faktor 1 : Sudut Lereng
Sudut lereng dapat menjadi penyebab utama longsor. Umumnya, lereng yang curam akan kurang stabil karenanya lereng yang curam akan memiliki kemungkinan longsor dibanding lereng yang landai. Sejumlah proses dapat menyebabkan lereng menjadi lebih terjal (oversteepen). Salah satu disebabkan oleh pemotongan pada bagian dasar lereng oleh aktivitas sungai atau aksi gelombang. Hal ini akan memindahkan dasar lereng dan meningkatkan sudut lereng. Aksi gelombang, terutama selama badai seringkali menghasilkan longsor sepanjang tepi pantai atau danau yang besar.

Klasifikasi gerak masa batuan ( Mass Wasting)
Klasifikasi mass wasting:
  1. Slow flowage (gerakan lambat)
Gerakan lambat meliputi rayapan dan solifluksi. Rayapan (creep) adalah pemindahan massa batuan yang lambat hingga tidak mudah diamati.
Menurut bahan yang dipindahkan dan cara pemindahannya masih dapat
diklasifikasikan lagi menjadi:
● Rayapan tanah (soil creep):
Yaitu gerakan massa tanah/batuan secara lambat ( <1cm/th ) menuruni lereng, sebagai akibat gravitasi. Akibat dari adanya rayapan ini tidak jelas hanya saja pada tiang telepon, tiang listrik, pohon-pohon menjadi miring/agak miring. Lahan seperti ini tidak baik untuk dijadikan lahan persawahan ataupun untuk permukiman.


● Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep),
Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep),pada prinsipnya sama dengan soil creep, hanya bahannya saja yang berbeda. Gejala ini banyak terjadi pada daerah-daerah yang mengalami pergantian antara pembekuan dan pencairan kembali.

● Rayapan batu (rock creep):
Apabila bahan-bahan yang bergerak berupa bongkah-bongkah besar dengan gerakannya yang perlahan-lahan.

● Rayapan lawina batuan (rock glacier creep):
Dilihat dari segi bahannya sama dengan rock creep. Perbedaannya adalah bahwa pada rayapan lawina, batuan tampak seperti anak-anak sungai (bercabang-cabang yang menggerakan massa batuan tersebut menuruni lereng).

● Solifluksi, yaitu pengaliran massa batuan yang jenuh akan air. Hal ini terjadi terutama di daerah dingin (daerah lintang tinggi dan di daerah pegunungan tinggi). Oleh karena itu, jelaslah bahwa dalam proses ini terdapat kadar air yang tinggi, namun demikian air dalam hal ini tidak menjadi faktor pengangkut. Ada beberapa faktor yang mendorong untuk terjadinya solifluksi, yaitu:
· Proses pelapukan berlangsung cepat
· Adanya persediaan air yang cukup, biasanya dari pencairan salju
· Adanya lereng yang curam dan tidak bervegetasi

  1. Rapid flowage (gerakan cepat),
Pemindahan cepat ini disebabkan oleh adanya kadar air yang lebih tinggi, sehingga batuan/tanah yang bergerak itu jenuh. Oleh karena itu, diperoleh kesan bahwa batuan itu mengalir. Pemindahan secara cepat ini meliputi:
● Aliran tanah (Earth flow)
Adalah aliran massa batuan yang jenuh air menuruni lereng. Gerakan/ aliran ini dibedakan sebagai berikut:
  1. Earth Flow murni, alirannya sejajar permukaan.
  2. Gabungan earth flow dan mendatar (slumping, kadang-kadang alirannya intermittent dan mengalami rotasi ke belakang (back ward rotation)



● Aliran lumpur (Mud flow)
yaitu aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan air melalui lembah-lembah, terjadi didaerah iklim kering.
Penyebabnya adalah:
  1. Material tidak kompak, melicin jika basah.
  2. Berada di lereng terjal.
  3. Ada air yang bergerak.
  4. Vegetasi jarang.
● Lawina hasil rombakan (Debris avalanche)
yaitu aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan air melalui lembah-lembah, terjadi didaerah iklim kering.

  1. Very rapid flowage (gerakan sangat cepat), gerakan ini didominasi pengaruh gravitasi.Gerakan ini meliputi slumping, debris slide, rock slide, debris fall, dan rock fall.
slumping (nendatan) adalah merupakan gerakan massa tanah atau batuan secara terputus-putus dan hanya menempuh jarak dengan memperlihatkan gerak berputar ke belakang, hingga tampak pada permukaannya seperti yang disesar naikan. Seringkali tanah nedat itu merupakan suatu rangkaian, sehingga tampak berteras-teras kecil. Penyebab slumping yang terpenting adalah pengirisan di bawah lereng oleh sungai, gelombang atau secara antropogenis.

Debris slide merupakan lahan longsor yang biasa, tidak terjadi gerakan ke belakang melainkan batuan itu berguling-guling atau meluncur ke bawah. Kadar airnya rendah. Jika kadar airnya tinggi akan terjadi debris avalanhce.

Rock Slide, adalah gerakan batuan meluncur diatas bidang batas lapisan atau bidang retakan yang miring.

 The Park Service released several photos of the rock slide, and this is the best one. Photo taken on June 4, 2006.  This slide keeps getting bigger and bigger.
Debris fall. Kalau lereng tempat bahan bahan rombakan itu bergerak sangat curam, maka gerak bahan rombakan bongkah batuan bukan meluncur tetapi jatuh. Dengan demikian gejala iti tidak dinamakan lahan longsor, melainkan dinamakan jatuhan bahan rombakan (debris fall).
Complex debris fall at Port Noffer (summer 2008).

rock fall. Apabila lereng tgak lurus, maka yang terjadi adalah rock fall.

Rock fall and collapse, Villians of Ure. Slope instability relates to the presence of a weak band of clay and broken rocks that rests on the surface of the thick, lower lava flow and renders the upper, thin lava flows unstable.

  1. Terban/ amblesan (subsidence), gerakan massa batuan tipe ini adalah ke bawah atau vertikal tanpa disertai gerakan mendatar/horisontal. Hal ini dapat terjadi apabila atap goa bawah tanah runtuh, ketika tidak kuat menahan lapisan batuan yang ada di bagian atas goa. Subsidence juga bisa terjadi karena adanya tenaga tektonik yang dapat menimbulkan patahan ada kulit, sehingga terjadi patahan. Patahan tersebut ambles ke bawah dan dapat berupa slenk.

3. Erosi
Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:
  1. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur, kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelembaban dan penyinaran matahari terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar investasi tanah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.
  2. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran permukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin curamnya lereng.
  3. Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi. Kaitannya jenis tumbuhan, aliran permukaan dan jumlah erosi adalah seperti dalam Tabel berikut:
No.
Jenis tanah
Jenis Tumbuhan
Aliran permukaan
(% terhadap CH)
Erosi (ton/ha/th)
1.
Podsolik merah kuning
(lereng 15%)
Alang-alang
3,3
0,7
Alang-alang +semak
0,5
0,7
Albazia +semak campuran
5,8
0,7
Alabazia tanpa semak (umur 3 th)
71,4
79,8
2.
Latosol (lereng 35%)
Rumput utuh
4,4
0,2
Rumput diinjak-injak
17,2
1,0
Fiscus allastica
21,4
43,1
Fiscus allastica + semak-semak
2,0
0
3.
Regosol (lereng 30%,
19%, 30%, 21%)
Alag-alang, jagung, kacang tanah
11,9
345,0
Alang-alang + gelagah
5,0
3,5
Semak lantana
2,1
5,1
Alang-alang dibakar 1 x
5,0
7,3
Sumber: Arsyad (1989)
  1. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur tanah.
  2. Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung bagaimana manusia mengelolanya.

Setiap proses erosi merupakan gabungan dari beberapa subproses, yaitu dimulai dengan pengambilan hasil pelapukan yang terangkut juga sebagai alat pengikis. Butir-butiran batuan secara bersama-sama dalam pengangkutan, saling bersinggungan dan saling bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan terjadi berbeda-beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan, digeser dan sebagainya.
Untuk itu, dalam memperjelas bagaimana hubungan dari antar proses disajikan dalam Tabel berikut:

Pelaku erosi
Proses pengambilan
Bahan lepas
Proses pengikisan oleh bahan yang diangkut
Proses saling mengikis
antara bahan yang diangkut
Cara pengangkutan
Air mengalir
Hydrolic action
atau fluviraption
Corrasion atau
abrasion dan
corrosion
Attrition
Flotation, Solution
Suspension, Salta-tion,
Traction
Gelombang
dan arus
laut/ danau
Hydrolic action
Corrasion atau
abrasion dan
corrosion
Attrition
Flotation,Solution
Suspension
Saltation, Traction
Air tanah
-
corrosion
-
Solution
Angin
Deflation
Corrasion dan
abrasion
Attrition
Suspension
Saltation, Traction
Gletser
Scouring
Plucking
Corrasion/ abrasion
dan gouging
Attrition
Suspension
Traction
Sumber: Adiwikarta & Akub, 1977
Penjelasan terhadap istilah-istilah yang ada dalam Tabel diatas, adalah sebagai berikut:
Hydraulic action atau fluviraption adalah pengambilan bahan lepas oleh air mengalir, oleh gelombang dan arus laut. Kalau pengambilan itu dilakukan oleh angin dinamakan deflation (deflasi), sedangkan kalau dilakukan oleh gletser dinamakan scouring. Dengan sendirinya air tanah tidak mengambil bahan lepas.
Plucking adalah lepasnya batuan oleh gletser akibat dari pembekuan pada celah-celah batuan yang dilampaui gletser, sedangkan sapping sama dengan plucking, tetapiditujukan kepada dasar lembah.
Corrasion (korasi) atau abrasion (abrasi) adalah lepasnya butiran-butiran batuan dari batuan induknya disebabkan oleh tumbukan atau gesekan batuan lain yang sedang dalam pengangkutan.
Corrosion (korosi) adalah lepasanya butiran-butiran batuan oleh proses pelarutan. Mudah dipahami bawa angin tidak dapat melarutkan.
Gouging adalah pembuatan cekungan pada permukaan batuan oleh pengerjaan gletser.
Attrition (atrisi) adalah peristiwa saling bergesekan dan saling bertumbukan antara butiran-butiran batuan yang bersama-sama dalam pengangkutan, sehingga butiran-butiran itu makin lama makin kecil.
Flotation adalah cara pengangkutan diatas permukaan tenaga pengangkutnya (terapung). Dari kelima pelaku erosi hanya air mengalir (sungai) dan air laut/danaulah yang dapat mengangkut dengan cara ini.
Solution (larutan) berarti benda yang diangkut itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tenaga/zat pengangkut. Cara ini berlaku untuk butiran-butiran yang halus ringan, seperti abu di dalam udara atau lanau dalam air. Cara ini disebabkan oleh turbulensi dari tenaga pengangkut.
Saltation berarti cara pengangkutan yang menyebabkan bahan yang pengangkut itu melompat-lompat pada dasar tempat tenaga pengangkut bergerak.
Traction adalah cara pengangkutan dengan jalan digulingkan/ digelundungkan atau digeser-geser pada dasar tempat tenaga pengangkut bergerak.


Previous
Next Post »