Kata
Seorang Pengemis Mengubah Hidupku
Terurai
jelas Ingatanku, baju kebangganku berwarna putih abu-abu kotor dan kusut tak
pernah di setrika yang kupakai setiap hari Senin dalam Rutinitas yang sangat
membosankan bagiku pada saat itu. Hari Senin, Yah ! Saatnya upacara. Saat saat
yang paling menjengkelkan bagiku karena harus berdiri satu jam lebih dibawah
terik sinar matahari. Siapa yang tak bosan melihat jalannya upacara dari
kejauhan dan kita hanya berdiam diri tanpa bergerak sebelum diperintah oleh pemimpin
upacara pada saat itu. Pasti semuanya merasakan hal yang sama sepertiku.
*
Aku tak tahu tujuanku untuk sekolah
pada saat itu, Hidupku sangat terpuruk. Aku anak kedua dari 8 bersaudara.
Kehidupan keluargaku sangat pas – pasan. Untuk makan sehari saja Ayahku harus
membanting tulang membersihkan sampah sampah di kota. Yah ! ayahku bekerja
sebagai petugas kebersihan kota yang gajinya hanya bisa mencukupi kebutuhan
makanan keluargaku sehari-hari. Sedangkan ibuku hanya seorang buruh cuci di
sebuah warung makan kecil di dekat rumahku.
**
Bagaimana aku tak malas jika ke
sekolah. Harus disandingkan sifat keirianku pada teman-temanku yang sudah
memakai sepeda motor untuk berangkat ke sekolah. Sedangkanku hanya jalan kaki
menuju sekolah. Pernah aku sekali malas untuk datang ke sekolah. Aku memilih
tidak masuk sekolah malah pergi bermain bersama temanku ke tempat yang
menurutku kami sangat seru. Stasiun, yah itu tempat paling seru menurut aku dan
teman temanku. Kami selalu nongkrong disana, mengganggu wanita wanita cantik
yang sedang lewat , merokok dan meminum minuman keras. Tetapi tempat itulah
yang merubah hidupku 360 Derajat. Aku bertemu seorang pengemis yang duduk
ditepi stasiun. Aku bertanya padanya , “Pak, Apakah cita-cita anda semasa kecil
hanya sebagai pengemis ?” Lalu pengemis itu menjawab “Tidak nak, Cita citaku
dulu menjadi presiden Indonesia. Tetapi aku terjebak dalam pergaulanku yang
sangat jauh dari kebaikan.” Akupun membalasnya “Pergaulan seperti apa yang
membuat bapak seperti ini?” Pengemis itu membalasnya “Aku berteman dengan teman
yang salah, Temanku menjerumskanku dalam Narkoba, yang membutaku ketagihan,
membuatku tidak percaya diri lagi dalam hal apapun, Membuatku nakal , jarang
masuk sekolah bahkan aku pernah dipenjara, Jangan contoh aku nak, Jadilah Orang
Yang Berguna.”, Aku terdiam sejenak. Aku berfikir dalam hatiku.
Bukankah hidup sang bapak itu hampir
sama denganku ? apa aku akan bernasib seperti bapak itu ? apakah aku akan
mengecewakan kepercayaan orangtuaku yang telah menyekolahkanku setinggi ini ?.
Banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepalaku. Hingga aku akhirnya tersadar
dengan apa yang dikatakan oleh pengemis itu. Hidupku mulai berubah. Aku
sekarang mempunyai tujuan dalam bersekolah, yaitu belajar sungguh – sugguh dan
menuntut ilmu untuk masa depanku ke depan agar tidak menjadi seperti pengemis
yang telah kutemui.
***
2
bulan kemudian, Aku telah melaksanakan ujian nasional dengan baik. Aku seperti
bebas dalam jeruji penjara selama 3 tahun di sekolah. Tinggal kini aku berdo’a
pada Allah yang maha Esa.
Pengumumanpun
telah ditempelkan di mading sekolah. Tak kusangka aku berada di urutan 5 se
sekolahku. Ini menjadi hal yang sangat membanggakan bagiku dan orang tuaku.
Entah apa yang aku lakukan hingga seperti ini. Aku akhirnya mendaftar ke salah
satu perguruan tinggi yang aku inginkan. Tetapi sayang, kemampuan keluargaku
dalam hal keuangan tidak mencukupi dalam syarat memasuki perguruan tinggi. Aku
sempat putus asa, Aku tak tau apa yang harus kulakukan ? Aku bingung, Hidupku
yang sempat bermakna kini terhalang oleh kondisi keluargaku yang seperti ini.
Aku
masih terbayang bayang pengemis itu padaku, Jika aku masih terpuruk seperti
ini. “Bukankah aku lebih bodoh dari si pengemis itu ?” kata dalam hatiku. Aku
tidak ingin lebih bodoh dari dia, ini bukan akhir bahagia yang diinginkan oleh
orang tuaku. Aku harus bangkit.
****
Hari
demi hari berganti, Aku masih belum menemukan apa yang harus aku kerjakan.
Hingga akhirnya aku menemukan sebuah inovasi yang mungkin akan menjadi ladang
penghasilan bagiku. Yaitu dengan cara membuat lilin hias. Aku mencoba usaha itu
dengan hanya sedikit modal dari kiriman uang kakakku yang bekerja sebagai TKI
Di Brunei Darussalam. Banyak lilin hias yang aku buat dan aku titipkan di toko
toko terdekat.
Tetapi,
Ini tak semudah yang aku bayangkan modal untuk membuat lilin sangat banyak
sedangkan laba penjualan tak sebanyak modal yang dibutuhkan. Usaha ini akhirnya
aku akhiri. Aku simpan sisa dari penjualan lilin hias yang gagal ini. Aku mulai
terpuruk lagi, sudah 2 kali ini aku seperti ini. Orang tuaku sangat kecewa
padaku. Aku tidak tau lagi harus bagaimana lagi membuat mereka bahagia.
Selang
beberapa bulan kemudian, kakakku pulang dari Brunei Darussalam membawa sejumlah
oleh oleh salah satunya adalah bunga hias dari plastik bekas. Dari situlah awal
kesuksesanku. Aku mencoba memulai usaha dengan membuat Karangan bunga dari
plastik bekas. Tak disangka setelah beberapa bulan. Banyak peminat yang ingin
membeli hasil kerja payahku ini.
*****
Akhirnya,
Lama kelamaan bisnisku ini berkembang pesat seperti saat ini. Masa masa yang
butuh perjuangan untuk menggapai kebahagiaan seperti ini. Aku akan selalu ingat
kata pengemis itu, “Jadilah Orang yang Berguna.”. aku akan katakan kata kata
itu pada anak dan cucuku kelak nanti. Agar mereka bisa menjadi Orang yang
dibutuhkan didunia ini.
EmoticonEmoticon